Desa Tablanusu adalah sebuah desa nelayan . Desa tersebut terletak di Kecamatan Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Di desa nelayan yang telah dicanangkan  sebagai desa wisata seperti wisata hutan, wisata pantai, wisata danau, wisata sejarah, dan wisata budaya.

Konon, nenek moyang masyarakat Tablanusu telah pindah sebanyak dua kali. Pertama ,mereka mendiami dua pulau di teluk yang tidak jauh letaknya dari tempat tinggal mereka sekarang. karena tsunami yang menyapu daerah tersebut, mereka yang selamat kemudian mengungsi ke tempat yang lebih aman. perkampungan baru tersebut mereka namakan Kampung Tua. Ketika mendiami Kampung Tua ini, mereka sebagai peladang, dengan umbi-umbian dan pisang sebagai tanaman andalan. Karena jumlah penduduk yang terus bertambah, sementara lahan untuk berladang kian terbatas, akhirnya mereka memutuskan untuk pindah lagi. Setelah menemukan lokasi yang cocok, perkampungan baru tersebut kemudian diberi nama Tablanusu, yang artinya tempat matahari terbenam. Saat berada di Tablanusu inilah mata pencarian mereka beralih dari peladang menjadi nelayan.

Alami, asri, dan eksotik. tatkala menempuh perjalanan dari Dermaga Depapre menggunakan perahu bermesin tempel menuju Dermaga Tablanusu, satu-satunya pintu masuk ke desa tersebut. di sepanjang perjalanan, melihat hijau dedaunan dari aneka pepohonan, bening air laut, serta barisan perbukitan dan pegunungan. Udaranya yang bersih dan sejuk .

Sebagian besar wilayah Desa Wisata Tablanusu diselimuti batu koral hitam. dimana-mana hanya hamparan batu alam mengkilap yang terlihat. sewaktu berjalan suara batu koral yang terinjak bersuara  menyerupai isak tangis, desa nelayan ini pun kemudian dijuluki dengan nama Desa Batu Menangis. Konon, batu koral hitam yang menyelimuti Desa Tablanusu telah ada sedari nenek moyang mereka memutuskan pindah ke wilayah tersebut. Batu-batu koral itu juga dapat digunakan sebagai tempat pijat refleksi alami telapak kaki.

Wisata Budaya. Secara adat terbagi ke dalam sepuluh suku, yaitu Suku Sumile, Danya, Suwae, Apaserai, Serantow, Wambena, Semisu, Selli, Yufuwai, dan Yakurimlen.
Sambutan masyarakat yang hangat dan bersahabat dengan orang asing, kian mengukuhkan betapa spesialnya bertamasya ke Desa Wisata Tablanusu. Mengakrabkan diri dengan masyarakat desa ini sangatlah mudah. Hanya dengan sebuah pinang (areca catechu/betel palm), kita sudah dapat meleburkan diri dengan masyarakat setempat. Sebagaimana masyarakat Papua pada umumnya, masyarakat Tablanusu pun terkenal suka mengkonsumsi pinang

Terkadang ada acara  perhelatan dan upacara khas masyarakat Desa Wisata Tablanusu. Misalnya, peringatan hari masuknya Injil ke desa tersebut yang diperingati saban tahun. Pada saat itu, masyarakat setempat akan berpawai mengelilingi desa yang diakhiri dengan menggelar Misa di gereja kecil mereka. Selain itu, beberapa lokasi di perairan, terutama yang banyak terdapat terumbu karangnya, diruwat setahun atau setiap dua tahun sekali. Untuk memperoleh berkah laut dan sekaligus untuk melestarikan laut, masyarakat yang mendiami pantai utara Kabupaten Jayapura ini menggelar dua ritual, yaitu ritual Sasi dan ritual Tiyatiki. Ritual Sasi adalah menancapkan dahan pohon kayu besi pantai (suang teko) di tempat-tempat yang banyak ikannya, terutama di kawasan terumbu karang yang merupakan sarang ikan. Sedangkan ritual Tiyatiki bertujuan melarang menangkap ikan selama beberapa waktu yang telah disepakati.

Wisata Sejarah, Desa yang memiliki luas sekitar 230,5 hektar tersebut. kita dapat melihat sisa-sisa peninggalan tentara sekutu pada Perang Dunia II. Apalagi, menurut sejarahnya, desa nan permai ini pernah menjadi salah satu basis tentara sekutu di kawasan timur Indonesia. Landasan meriam dan dermaga bekas pendaratan tentara sekutu adalah di antara sisa-sisa Perang Dunia II yang masih dapat dijumpai di sini.

Objek wisata sejarah lainnya adalah sebuah makam di dekat gereja dan sebuah monumen salib. Makam tersebut diyakini sebagai makam salah seorang tokoh masyarakat setempat dan sekaligus salah seorang pendiri gereja. Sedangkan prasasti salib didirikan untuk mengenang masuknya agama Kristen ke Desa Tablanusu di awal tahun 1900-an.

Wisata alam, dengan hutan desa , pesona Danau Dukumbo yang masih alami. Di dalam hutan, wisatawan dapat melihat berbagai jenis tumbuhan dan mendengarkan aneka kicauan burung. Sedangkan di danau alamnya terdapat banyak ikan, terutama ikan bandeng (chanos chanos), ikan mujair (oreochromis mossambicus), dan ikan mas (cyprinus carpio). bunga anggrek banyak terdapat di dua buah pulau yang letaknya tidak terlalu jauh dari desa .dan pada sore hari, dua pulau tersebut juga menjadi tempat persinggahan aneka jenis burung. Burung-burung itu hinggap berjejer di ranting pepohonan dan membentuk sebuah pemandangan yang indah menjelang matahari terbenam.

Daerah perairan. Panorama pantai nan rancak, laut bening dan tenang, serta angin laut yang bertiup sepoi-sepoi adalah di antara daya tarik daerah perairan ini. Selain memancing, air lautnya yang bening nyamanuntuk berenang atau menyelam untuk melihat kekayaan bawah lautnya, seperti terumbu karang yang masih terjaga kelestariannya dan aneka jenis ikan yang berenang secara bergerombolan. terkadang muncul ikan hiu. dan pada malam hari mencari ikan bersama nelayan di daerah ini dengan cara berburu ikan dengan tombak atau panah air

Secara administratif, Desa Wisata Tablanusu masuk dalam wilayah Kecamatan Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, Indonesia.

Berkunjung ke Desa Wisata Tablanusu, dapat memulai perjalanan dari Kota Jayapura, Ibu Kota Provinsi Papua. Dari Kota Jayapura menggunakan bus meuju Kota Sentani, Ibu Kota Kabupaten Jayapura. Kota Sentani berjarak sekitar 33 kilometer dari Kota Jayapura. kemudian dilanjutkan dengan naik bus atau menyewa mobil carteran menuju Dermaga Depapre dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. dilanjutkan dengan naik perahu bermesin tempel menuju Dermaga Tablanusu dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Setelah itu, perjalanan menuju Desa Wisata Tablanusu dilanjutkan dengan berjalan kaki.

Di Desa Wisata Tablanusu terdapat berbagai fasilitas, seperti pemandu wisata, gereja, persewaan perahu, pasar ikan, dan warung yang menyediakan aneka makanan, minuman, dan suvenir khas masyarakat setempat. tidak ada penginapan hanya meyewa rumah penduduk setempat (homestay). atau berkemah dengan nyaman di berbagai lokasi di desa tersebut, seperti di tepi pantai, di tepi danau.